A. Motivasi
Perilaku Manusia
Perilaku yang
termotivasi diprakarsai oleh pengaktifan kebutuhan (pengenalan kebutuhan).
Kebutuhan atau motif diaktifkan ketika ada ketidakcocokan yang memadai antara
keadaan aktual dan keadaan yang diinginkan atau disukai. Karena ketidakcocokan
ini meningkat, hasilnya adalah pengaktifan suatu kondisi kegairahan yang diacu
sebagai dorongan (drive). Semakin kuat dorongan tersebut, semakin besar urgensi
respons yang dirasakan.
Sepanjang waktu
pola perilaku tertentu diakui lebih efektif daripada pola yang lain untuk
pemenuhan kebutuhan, dan ini menjadi berfungsi sebagai insentif. Insentif
adalah ganjaran yang diantisipasikan dari jalannya tindakan yang memberi
potensi pemenuhan kebutuhan.
Sebagai contoh,
seorang mahasiswa perguruan tinggi yang sedang belajar untuk ujian akhir
mengatakan kepada teman sekamarnya, “saya haus.” Pertama, ia merasakan
ketidaknyamanan (kebutuhan yang dirasakan) yang dikenali sebagai rasa haus. Ini
mengaktifkan kebutuhan yang meyebabkan dorongan. Sekaleng coca cola (minuman
favoritnya) dari mesin di aula merupakan insentif, dan ia bertindak sesuai
dengannya.
Menurut Wells dan
Prensky (1996), motivasi sebagai titik awal dari semua perilaku konsumen, yang
merupakan proses dari seseorang untuk mewujudkan kebutuhannya serta memulai melakukan
kegiatan untuk memperoleh kepuasan. Sedangkan Schiffman dan Kanuk (1994)
menyatakan bahwa motivasi sebagai kekuatan dorongan dari dalam diri individu
yang memaksa mereka untuk melakukan tindakan. Kekuatan dorongan tersebut
dihasilkan dari suatu tekanan yang diakibatkan oleh belum atau tidak
terpenuhinya kebutuhan, keinginan dan permintaan. Kemudian bersama-sama dengan
proses kognitif (berfikir) dan pengetahuan yang sebelumnya didapat, maka
dorongan akan menimbulkan perilaku untuk mencapai tujuan atau pemenuhan
kebutuhan.
Dengan demikian,
jika seseorang mempunyai motivasi yang tinggi terhadap obyek tertentu, maka dia
akan terdorong untuk berperilaku menguasai obyek tersebut. Sebaliknya jika
motivasinya rendah, maka dia akan mencoba untuk menghindari obyek yang
bersangkutan. Implikasinya dalam pemasaran adalah kemungkinan orang tersebut
berminat untuk membeli produk/merek yang ditawarkan pemasar atau tidak.
B. Dinamika Proses
Motivasi
Kebutuhan yang
diaktifkan akhirnya menjadi diekspresikan dalam perilaku dan pembelian dan
konsumsi dalam bentuk dua jenis manfaat yang diharapkan, yaitu manfaat
utilitarian, dan manfaat hedonik / pengalaman.
Manfaat utilitarian
merupakan atribut produk fungsional yang objektif. Manfaat hedoik, sebaliknya,
mencakupi respons emosional, kesenangan panca indera, mimpi, dan pertimbangan
estetis (Hirschman & Holbrook, 1982). Kriteria yang digunakan sewaktu
mempertimbangkan manfaat hedonik bersifat subjektif dan simbolik, berpusat pada
pengertian akan produk atau jasa demi pengertian itu sendiri terlepas dari
pertimbangan yang lebih objektif. Kedua manfaat menjadi diekspresikan sebagai
kriteria evaluatif yang digunakan di dalam proses pertimbangn dan penyeleksian
alternatif terbaik.
Keterlibatan
(relevansi yang disadari atau kecocokan) adalah faktor penting dalam mengerti
motivasi. Keterlibatan mengacu pada tingkat relevansi yang disadari dalam
tindakan pembelian dan konsumsi. Bila keterlibatan tinggi, ada motivasi untuk
memperolrh dan mengolah informasi dan kemungkinan yang jauh lebih besar dari
pemecahan masalah yang diperluas.
Terdapat dua jenis
keterlibatan: (1). Langgeng (ada sepanjang waktu karena peningkatan konsep
diri), dan (2). Situasional (keterlibatan sementara yang distimulasikan oleh
resiko yang disadari, tekanan konformitas, atau pertimbangan lain).
C. Klasifikasi
Kebutuhan
Kebutuhan adalah
variabel utama dalam motivasi. Kebutuhan didefinisikan sebagai perbedaan yang
didasari antara keadaan ideal dan keadaan sebenarnya, yang menandai untuk
mengaktifkan perilaku. Bila kebutuhan diaktifkan, hal ini menimbulkan dorongan
(perilaku yang diberi tenaga), yang disalurkan ke arah tujuan tertentu yang
sudah dipelajari sebagai insentif.
Klasifikasi
kebutuhan menurut Murry (1938), McClelland, Cofer dan Appley, McGuire (1974),
yaitu:
- Fisiologis: dasar-dasar kelangsungan hidup, termasuk
rasa lapar haus, dan kebutuhan tubuh yang lain.
- Keamanan: berkenaan dengan kelangsungan hidup fisik dan
keamanan.
- Affiliasi dan Pemilihan: kebutuhan untuk diterima oleh
orang lain, menjadi orang yang penting bagi mereka.
- Prestasi: keingina dasar akan keberhasilan dalam
memenuhi tujuan pribadi.
- Kekuasaan: keinginan untuk mendapatkan kendali atas
nasib sendiri dan juga nasib orang lain.
- Ekspresi diri: kebutuhan untuk mengembangkan kebebasan
dalam ekspresi diri dan dipandang penting oleh orang lain.
- Urutan dan Pengertian: keinginan untuk mencapai
aktualisasi diri melalui pengetahuan, pengertian, sistematisasi, dan
pembangunan sistem nilai.
- Pencarian Variasi: pemeliharaan tingkat kegairahan
fisiologis dan stimulasi yang dipilih kerap diekspresikan sebagai
pencarian variasi.
- Atribusi Sebab-Akibat : estimasi atau atribusi
sebab-akibat dari kejadian dan tindakan.
Sedangkan menurut
Solomon (1999) motivasi banyak didasarkan pada teori hirarki kebutuhan manusia
dari Maslow. Teori ini berusaha menjelaskan motivasi manusia melalui pemenuhan
kebutuhan biologi dan psikologi manusia, berupa kebutuhan fisiologis, keamanan,
sosial, penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Dalam konteks pemasaran,
kebutuhan fisiologis dapat berupa cerminan kemampuan konsumen untuk membeli
dengan harga atau biaya tertentu, kebutuhan kaamanan berupa tingkat keamanan
dalam menggunakan produk / merek (misalnya garansi, pelayanan purna jual, atau
tersedianya suku cadang), kebutuhan sosial dicerminkan oleh kegunaan produk
dalam hubungannya dengan masyarakat, kebutuhan penghargaan diri dapat berupa
bagian produk/merek yang bisa mengangkat citra diri konsumen, dan kebutuhan
aktualisasi diri dapat ditunjukkan oleh kegunaan utama produk/merek yang dapat
menunjang pencapaian potensi diri konsumen.
Dapat terpenuhinya
suatu kebutuhan akan menimbulkan motivasi untuk memenuhi kebutuhan yang lain.
Pemenuhan kebutuhan tersebut tersusun dalam sebuah jenjang dari tingkatan yang
paling mendesak sampai dengan yang kurang mendesak, meskipun bukan berarti
harus dimulai dari kebutuhan fisiologis ke atas sampai dengan kebutuhan
aktualisasi diri. Tetapi selalu ada kemungkinan pengecualian dari kecenderungan
tersebut. Seseorang kadang-kadang justru lebih termotivasi untuk memenuhi
kebutuhan aktualisasi karena dia ingin memacu pencapaian potensi dirinya,
walaupun dia mengalami kesulitan untuk membeli produk / merek tertentu.
Secara umum
motivasi yang dominan dari seseorang untuk memenuhi kebutuhan dapat berbeda
satu dengan yang lain, meskipun obyek pemenuhannya sama. Demikian pula urutan
pentingnya pemenuhan kebutuhan yang dapat menimbulkan motivasi itu. Sebagai
contoh motivasi dosen dan mahasiswa tentang pembelian atau pemilikan sebuah
mobil. Berdasarkan tingkatan kondisional atribut mobil, jika harga sebuah mobil
dapat dijadikan sebagai cerminan pemenuhan kebutuhan fisiologis, kemudahan
melakukan servis – misalnya untuk perawatan dan perbaikan, sebagai kebutuhan
keamanan, kapasitas penumpang untuk mencerminkan pemenuhan kebutuhan sosial,
bentuk fisik mobil – misalnya tampilan eksterior atau interior, merujuk
kebutuhan penghargaan, dan kecanggihan teknologi yang tersedia –misalnya untuk
keamanan atau kenyamanan diri, sebagai cerminan aktualisasi diri, maka bagi
seorang dosen kemungkinan kecanggihan mobil lebih penting dibandingkan bentuk
fisik, kapasitas penumpang, kemudahan melakukan servis dan harga mobil, karena
dengan rasa aman dan nyaman yang diperolehnya selama dalam perjalanan
menggunakan mobil tersebut dia dapat menggunakan energi yang masih prima untuk
melakukan pekerjaan lain secara optimal. Sedangkan bagi seorang mahasiswa yang
kemampuan keuangannya relatif terbatas, faktor harga mungkin lebih penting dari
pada kecanggihan mobil, bentuk fisik, kapasitas penumpang dan kemudahan
melakukan servis.
Jika halnya
demikian, ketika dosen yang bersangkutan membeli mobil, mungkin dia lebih
cenderung termotivasi untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri daripada
kebutuhan penghargaan, sosial, keamanan, dan fisiologis. Sedangkan bagi
mahasiswa tersebut cenderung mempertimbangkan kebutuhan fisiologis dibandingkan
pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri, penghargaan, sosial dan keamanan.
Source : satriopandutomo.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar