Tanggal 28 Mei 1994, hari Sabtu siang, di salah satu rumah sakit swasta daerah Jakarta Pusat, seorang anak perempuan lahir secara normal dengan panjang 50 cm dan berat 3 kg. Buah cinta dari pasangan Margono Prandandani dan Tirsa Maulana. Anak perempuan yang dinanti-nantikan kurang lebih selama 8 tahun itu bernama Andrini Yudhi Setiawati, yang lebih sering dipanggil "Dini".
Masa-masa kecilnya dihabiskan dengan bermain sama seperti anak-anak pada umumnya, yang berbeda dari kebanyakan anak-anak lain hanyalah ketika awal dari perjalan pendidikannya. Tahun 1999, ia genap berusia 5 tahun, usia dimana biasanya seorang anak menempuh jalur pendidikannya dengan Taman Kanak-kanak. Tetapi ia tidak ingin perjalanan pendidikannya diawali dengan itu, ia meminta untuk langsung masuk ke Sekolah Dasar, tentu saja itu tidak diperbolehkan karena usianya belum mencukupi. Dia pun menangis karena sangat inginnya, ayahnya pun turun tangan dengan membicarakan masalah ini dengan Kepala Sekolah SDN Cipinang Cempedak 02 Pagi. Kepala Sekolah itu meminta untuk mengetes apakah anak ini pantas atau tidak masuk ke sekolah itu dengan umur yang belum mencukupi. Dini pun melakukan apa yang Bu Kepala Sekolah itu meminta, ia meminta untuk membaca, menulis dan berhitung. Tentu saja ia bisa melakukan apa yang diminta, karena sudah sejak kecil (kurang lebih umur 3 tahun) ayahnya mengajarkan itu padanya. Dan ia pun diterima dengan masa percobaan selama 1 caturwulan, apabila ia tidak mendapatkan nilai yang baik maka ia tidak boleh mengikuti kelas lagi sampai umurnya mencukupi.
Caturwulan pertama pun telah usai, rapot juga sudah dibagikan. Dan di caturwulan pertama ini Dini dapat lolos dari masa percobaan itu, tentu saja karena mendapat nilai yang cukup baik. Satu tahun sudah Dini bersekolah, ia pun mendapat teman yang cukup dekat dengannya yang bernama Ita, Jodi, dan Ulfa. Mereka berempat selalu bersama, saat istirahat maupun saat pulang sekolah karena rumah mereka yang berdekatan. Tahun kedua Dini bersekolah terasa sangat menyedihkan, dikarenakan pada caturwulan kedua ia dan orang tuanya pindah rumah karena suatu hal. Ia pindah ke Bekasi, begitu pula sekolahnya. Di sekolah barunya, yaitu SDN Jatiasih 01, ia memerlukan adaptasi karena kurikulum yang berbeda, teman yang berbeda, dan lingkungan sekolah yang berbeda. Lama-kelamaan punn Dini bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya, dan ia berani untuk tampil di depan umum dengan mengikuti kegiatan-kegiatan seperti : pramuka, taekwondo, petugas upacara, dan juga paduan suara untuk upacara. Mulai kelas 4 ia serius mengikuti ekstrakulikulernya, yaitu Pramuka. Dan dimulai dari kelas 5 ia mengikuti Taekowndo di "Jundi Club". Tahun 2004, ia mengikuti Jambore Nasional di Bumi Perkemahan Cibubur untuk mewakili sekolahnya. Rasa senang karena mengikuti acara itu pun ia rasakan. Tetapi rasa senang itu berubah dalam waktu beberapa minggu menjadi rasa sedih dan kehilangan. Oktober 2004, ayah yang selama ini disayanginya pergi untuk selama-lamanya di salah satu rumah sakit daerah jakarta karena penyakit yang diderita, yaitu kelenjar getah bening. Kepergian ayahnya meninggalkan kesedihan yang mendalam. Walaupun ia baru berusia 10 tahun, ia sudah mengerti dan sudah bisa merasakan bagaimana rasanya.
6 tahun sudah Dini menempuh sekolah dasarnya. Tahun 2005 ia lulus dari SDN Jatiasih 01 dan melanjutkan pendidikannya ke SMPN 30 Bekasi. Sekolah yang baru saja dibuat oleh Pemerintah Kota Bekasi. Bukan sekolah favorit apalagi unggulan. Hanya sekolah biasa yang mempunyai banyak kenangan didalamnya. Ketika Dini masuk ke sekolah itu ia adalah angkatan kedua di sekolah itu. Sekolah itu pun tidak memiliki gedung sendiri, melainkan masih 'numpang' di sekolah-sekolah sekitar lokasi perencanaan sekolah itu akan dibangun. Masih sama seperti ketika ia SD, ketika SMP pun ia melanjutkan untuk mengikuti Pramuka dan Taekwondo. Saat Kelas 2, ia memutuskan untuk keluar dari club Taekwondo nya dikarenakan ia sudah tidak merasa nyaman lagi dan sabuk terakhirnya adalah biru. Sedangkan Pramuka masih tetap dijalani, tetapi jenjangnya sudah meningkat, dari Siaga (ketika SD) menjadi Penggalang (ketika SMP). Selain mengikuti Pramuka, ia juga menjabat sebagai anggota OSIS Sie. Kepemimpinan periode 2006-2007 dan Ketua Sie. HUMAS periode 2007-2008. Pramuka di SMP nya cukup aktif untuk mengadakan acara-acara di dalam sekolah, tetapi tidak dapat mengikuti perlombaan diluar sekolah karena status sekolah yang belum disahkan dan belum diakreditasi. Sejak awal masuk SMP, Dini mendapat panggilan baru dari teman-temannya, yaitu "Rin", panggilan yang digunakan sampai sekarang. Teman-teman yang ia dapatkan di SMP sangat berharga untuk Rin, karena teman-teman yang bukan hanya mau menemanani disaat senang tetapi juga disaat susah. *thanks for my friend: Inas (mahasiswi Farmasi Univ. Pancasila), Ellen (mahasiswi Akuntansi Komputer Univ. Gunadarma), Ibeth (mahasiswi Broadcasting Univ. Budi Luhur), Manggar (mahasiswi Kedokteran Gigi Univ. Moestopo), and Jilly (best mom) i love you all :*
Tahun 2008, ia pun lulus dari SMP nya dan melanjutkan kejenjang pendidikan berikutnya. SMAN 6 Bekasi pun menjadi pilihannya dan Pramuka masih menjadi ekstrakulikuler yang digelutinya. Bukan hanya Pramuka yang digelutinya, Rin mengikuti Japan Club "Tomodachi". Berawal dari keingintahuannya terhadap bahasa asing dan menyukai komik. Dari club tersebut beberapa kali Rin mengikuti lomba Costplay (Costum Player), tapi sayang belum beruntung. Rin bersama teman-teman club nya sering sekali mengunjungi event-event yang berhubugan dengan "Japan Festival". Walaupun aktif di club tersebut, Rin juga tetap aktif dalam mengikuti Pramuka. Ia juga sering mengikuti beberapa lomba antar tingkat SMA se-Bekasi. Prestasi yang cukup membanggakan, karena Pramuka SMA nya sering sekali membawa pulang piala apabila mengikuti suatu lomba.
Tahun 2011, rin pun lulus dari SMA nya dan melanjutkan kesalah satu universitas swasta, yaitu Universitas Gunadarma. Walaupun ketika SMA Rin mengambil jurusan IPA, tetapi sekarang Rin mengambil jurusan Manajemen Ekonomi yang benar-benar bertolak belakang dengan jurusan dia waktu SMA. Tetapi, itu tidak menjadi penghalang untuk tetap menjalankan kuliahnya dengan baik. Sekarang Rin berada di kelas 3EA17. Dan semoga Rin bisa lulus tepat waktu. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar